Jumat, 09 Desember 2011

Legenda Boru Tompul Sopurpuron

Legenda Boru Tompul Sopurpuran
Kiriman InBox dari:
raja_borbor@yahoo.com
Tanpa Mengurangi Aslinya

______________________________



Legenda Boru Tompul Sopurpuron

Beragam cerita yang muncul tentang legenda Boru Tompul Sopurpuron. Bila kita membacanya baik dalam buku maupun di internet yang ditulis oleh orang yang bukan marga Sitompul, kita akan mendapatkan perbedaan yangpaling menyolok. Salah satu diantaranya soal nama itu sendiri. Ada yang menyebutnya Boru Tompul Sipurpuron ada pula yang menyebut Boru Tompul Sopurpuron. Tidak hanya soal penulisan nama, tapi isi daripada tulisan itu simpang siur.

Advendes Pasaribu menuliskan di internet bahwa Boru Tompul Sipurpuron kawin dengan seorang yang bernama Martua Raja Doli, tapi tidak disebutkan marganya.Boru Tompul dalam cerita itu disebut sebagai istri ketujuh dari Martua Raja Doli. Dalam cerita lain di internet ada juga yang menyebut Boru Tompul Sopurpuron kawin dengan marga Harahap, kawin dengan di Barus, kawin dengan marga Sitanggang, terakhir ada cerita kawin dengan marga Siringo-ringo di Samosir. Cerita lain menyebutkan kawin dengan Datu Dalu.  

Tim penulisan buku sejarah Punguan Raja Toga Sitompul dan Boru Kota Pekanbaru merasa tertarik dengan legenda ini dan mencoba menelusurinya. Ketika tim sejarah bertemu dengan para orang tua Sitompul di Sopo Uli Tarutung, cerita tentang Boru Tompul Sopurpuron ini termasuk salah satu yang dibicarakan.

Menurut Sihol Sitompul, SH, Ketua Umum Persatuan Raja Toga Sitompul Se-Indonesia, perlu ada persepsi yang sama tentang penyebutan nama. Bukan Boru Tompul Sipurpuron, tapi Boru Tompul Sopurpuron.


Menurut Sihol Sitompul, untuk dapat menentukan mana yang benar diantara dua nama ini perlu didalami arti kata “mamurpur”. Mamurpur biasanya dilakukan oleh kaum wanita sesudah panen, terutama sesudah habis “mardege”. Karena padi yang baru “didege” tersebut masih tercamur lapung dan jerami, maka padi tersebut perlu dipurpur untuk menghilangkan lapung dan jerami serta kotoran-kotoran lain. Mamurpur tersebut idealnya dilakukan pada waktu angin bertiup cukup kencang, sehingga lapung serta jerami dan sampah lainnya terbawa angin sehingga padi yang bersih terpisah jatuh tak jauh dari titik awalnya.

Dari penjelasan singkat ini dapatlah ditarik kesimpulan, bahwa padi yang dipurpur adalah padi yang ada lapung dan ada jeraminya. Jadi, Sipurpuron berarti yang masih perlu dibersihkan (dipurpur) karena masih kotor. Sedangkan Sopurpuron berarti tidak perlu dipurpur karena dari sananya sudah bersih tak tercampur lapung dan jerami.

Dalam diskusi tersebut terkuak sebuah informasi terkini bahwa Boru Tompul Sopurpuron kawin dengan marga Siringo-ringo di Samosir. Beberapa tahun lalu, marga Siringo-ringo telah meresmikan Tugu Tuan Siringoringo di Pulau Samosir yang istinya Boru Tompul Sopurpuron. Bahkan marga Sitompul selaku hula-hulanya diundang menghadiri acara peresmian tugu tersebut. Beberapa orang marga sitompul dari Tarutung berangkat ke Pulau Samosir selaku hula-hula dari marga Siringo-ringo. Ompu Dorkas Sitompul, termasuk salah seorang yang berangkat ke Samosir menghadiri undangan dari marga Siringo-ringo.

Sihol Sitompul masih kurang percaya dengan hal itu, soalnya, pada pesta Tugu Raja Toga Sitompul di Desa Sitompul tahun 1976 sudah diundang marga Pasaribu selaku Boru dan diulosi saat itu, karena diperoleh informasi bahwa Boru Tompu Sopurpuron kawin dengan Datu Dalu Pasaribu.

Boru Tompul Sopurpuron kawin dengan Datu Dalu
Tim sejarah bertemu dengan seorang Boru Tompul Pahae. Dia marah besar ketika salah seorang dari tim menyebutkan Boru Tompul Sipurpuron. “Tidak ada Boru Tompul Sipurpuron, yang ada adalah Boru Tompul Sopurpuron. Jangan sekali lagi saya dengar ada menyebutnya Sipurpuron, tapi Sopurpuron”.

Dia menyebutkan sampai sekarang tidak ada Boru tompul yang ‘lapung” tapi semua Boru Tompul ‘porngis’. Lapung artinya padi yang tidak berisi sehingga harus dipisahkan dari padi yang baik. Porngis artinya padi yang baik dan berisi dan inilah yang menjadi beras. Sopurpuron artinya padi yang tak perlu lagi dipurpur (dibersihakn). Dan bila diperhatikan pada umumnya boru tompul selalu menjadi ‘parsonduk bolon na burju’ pada suaminya. Boru tompul dan suaminya sangat hormat dengan hula-hulanya sitompul. Dalam rumah tangganya, bila suaminya ‘tunduk’ kepada istrinya boru tompul, maka keluarga itu akan menjadi keluarga yang bahagia dan rejekinya melimpah. Sudah banyak bukti tentang ini.

Boru Tompul yang ditemui tim di Pahae adalah seorang yang sangat kagum dengan Boru Tompul Sopurpuron. Istilah sekarang, dia seorang pecinta berat dengan Boru Tompul Sopurpuron. Sangkin cintanya, Boru Tompul Sopurpuron sudah beberapa kali hadir dalam mimpinya.

Bila kita ingin tahu siapa sebenarnya legendaris Boru Tompul Sopurpuron, kita ikuti cerita berikut ini.

Ompu Hobol batu mempunyai lima anak, empat orang laki-laki dan satu orang perempuan. 
Anak pertama adalah Sabar Dilaut (Lumban Toruan)
Anak kedua adalah Handang Dilaut (Lumban Dolok)
Anak ketiga adalah Boru Tompul Sopurpuron dan 
Anak kelima adalah Lintong Ditao (Sibange-bange).

Boru Tompul Sopurpuron adalah cucu kesayangan dari Bunga Marsondang Boru Siregar (istri dari Ompu Raja Toga Sitompul). Sejak kecil hingga dewasa termasuk anak yang rajin dan pintar. Karena itulah neneknya sayang sama dia. Selain seorang anak baik dia juga termasuk gadis cantik.

Pada dasarnya, keempat saudaranya sangat sayang kepada Boru Tompul Sopurpuron. Cuma ada kecemburuan dari itonya Lumban Toruan dan Lumba Dolok. Mereka cemburu karena neneknya memberikan kasih sayang yang berlebih kepada itonya. Neneknya boru Marsondang tidak hanya memberikan kasih sayang, tapi juga memberikan ilmunya kepada cucunya Boru Tompul Sopurpuron. Sementara kepada cucunya yang lain tidak.

Suatu ketika, timbul amarah besar dari Lumban Toruan dan Lumban Dolok dan mengusir Boru Tompul Sopurpuron dari rumah. Ketika itu Siringkiron hanya ikut-ikutan sementara Sibange-bange tidak ikut bahkan selalu menangis melihat itonya dimarahi abang-abangnya.

Boru Tompul Sopurpuron minggat dari rumah dan pergi ke hutan. Berbulan-bulan dia di hutan hanya makan buah pepohonan dan dedaunan. 

Cat: Banyak sekali memang legenda di tanah batak (tapanuli) yang hampir sama dan mirip. Ini karena banyak juga orang Batak yang gampang menerima unsur-unsur dari luar. Banyak keraguan dengan Nenek Moyangnya sehingga modifikasi cerita nenek moyang orang yang terkenal.


H O R A S
___Sakti Madingin___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar