Rabu, 13 Juni 2012

Tapak Gajah Putih


 Aek Sipangolu terletak di Kecamatan Baktiraja, Bakkara. Air ini dipercayai bisa meneyembuhkan berbagai macam penyakit. Aek Sipangolu ini berasal dari bekas kaki Gajah Raja Sisingamangaraja. (Aek Sipangolu=Air Kehidupan).

Batu Telapak Kaki Gaja Puti terdapat di Bakara, sebagai bekas pijakan telapak kaki Gajah Putih (Gaja Putih) milik Raja Sisingamangaraja. Terletak di lereng gunung, Huta Ginjang, Bakara, dan di sebelahnya terdapat mata air yang memancar dari celah bebatuan. Hingga kini penduduk setempat masih menggunakannya sebagai sumber air minum.  
 
Bekas telapak kaki Gaja Puti ini bukan karya ukir, tetapi dibentuk melalui pijakan kaki Gaja Putih yang "keramat" dan kesaktian Raja Sisingamangaraja.  Begitu juga mata air yang mengalir melalui pancuran memercik setelah Raja Sisingamangaraja I menancapkan pusaka Hujur Siringis/Hujur Sitonggo Mual dengan terlebih dahulu  memohon melalui tonggo kepada Ompu Mulajadi Nabolon .

  Gajah Putih merupakan hewan “istimewa” dan dianggap “keramat,” sehingga menjadi symbol, legenda dan mitologi.  Menurut kepercayaan Hindu, Gajah Putih adalah raja segala gajah, dan Gajah Putih bernama Airawata adalah tunggangan milik Dewa Indra.   Sedangkan  bagi kaum Budha hewan ini sebagai simbol pengetahuan dan kebaikan, sehubungan dengan mimpi ”Gajah Putih”  Ibunda Ratu Maya sebelum melahirkan Sang Buddha.

Thailand disebut negeri Gajah Putih, dimana Gajah Putih perlambang kemakmuran dan kebahagiaaan.  Bagi Myanmar (Bangsa Burma), Gajah Putih sebagai symbol kekuasaan dan nasib baik. Di Indonesia, dataran Tinggi Gayo, Aceh, disebut Bumi Gajah Putih (Bumi Gajah Puteh),  memiliki hikayat dan legenda sendiri tentang Gajah Putih.  

Dalam sejarah tercatat bahwa Gajah Putih sebagai hadiah kepada Raja-raja, begitu juga di Batak. Raja Uti Mutia Raja memberikan Gajah Putih sebagai hadiah kehormatan kepada Sisingamangaraja I, dan dibawa ke Bakara.

Ukiran dan simbol Gajah Putih terdapat pada benda pusaka dan atribut kerajaan Sisingamangaraja yaitu pada “Piso Gaja Dompak (Piso Solam Debata)” bergagang ukiran Gajah Putih dan “Mandera Harajaon,” bersimbolkan gading Gajah Putih. Apakah ini merupakan unsur pengaruh dari kepercayaan Hindu-Buddha terhadap Batak, atau ada hubungan Batak  dengan Kerajaan Aceh, atau Kerajaan Thailand dan Burma di masa itu?

___CAP SIHOLE___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar