Aek Sipangolu terletak di
Kecamatan Baktiraja, Bakkara. Air ini dipercayai bisa meneyembuhkan
berbagai macam penyakit. Aek Sipangolu ini berasal dari bekas kaki Gajah
Raja Sisingamangaraja. (Aek Sipangolu=Air Kehidupan).
Batu Telapak
Kaki Gaja Puti terdapat di Bakara, sebagai bekas pijakan telapak kaki Gajah
Putih (Gaja Putih) milik Raja Sisingamangaraja. Terletak di lereng gunung, Huta
Ginjang, Bakara, dan di sebelahnya terdapat mata air yang memancar dari celah
bebatuan. Hingga kini penduduk setempat masih menggunakannya sebagai sumber air
minum.
Bekas
telapak kaki Gaja Puti ini bukan karya ukir, tetapi dibentuk melalui pijakan
kaki Gaja Putih yang "keramat" dan kesaktian Raja Sisingamangaraja.
Begitu juga mata air yang mengalir melalui pancuran memercik setelah
Raja Sisingamangaraja I menancapkan pusaka Hujur Siringis/Hujur
Sitonggo Mual dengan terlebih dahulu memohon melalui tonggo
kepada Ompu Mulajadi Nabolon .
Gajah Putih
merupakan hewan “istimewa” dan dianggap “keramat,” sehingga menjadi symbol,
legenda dan mitologi. Menurut kepercayaan Hindu, Gajah Putih adalah raja
segala gajah, dan Gajah Putih bernama Airawata adalah tunggangan milik Dewa
Indra. Sedangkan bagi kaum Budha hewan ini sebagai simbol
pengetahuan dan kebaikan, sehubungan dengan mimpi ”Gajah Putih” Ibunda
Ratu Maya sebelum melahirkan Sang Buddha.
Thailand
disebut negeri Gajah Putih, dimana Gajah Putih perlambang kemakmuran dan
kebahagiaaan. Bagi Myanmar (Bangsa Burma), Gajah Putih sebagai symbol
kekuasaan dan nasib baik. Di Indonesia, dataran Tinggi Gayo, Aceh, disebut Bumi
Gajah Putih (Bumi Gajah Puteh), memiliki hikayat dan
legenda sendiri tentang Gajah Putih.
Dalam
sejarah tercatat bahwa Gajah Putih sebagai hadiah kepada Raja-raja, begitu juga
di Batak. Raja Uti Mutia Raja memberikan Gajah Putih sebagai hadiah kehormatan
kepada Sisingamangaraja I, dan dibawa ke Bakara.
Ukiran dan
simbol Gajah Putih terdapat pada benda pusaka dan atribut kerajaan
Sisingamangaraja yaitu pada “Piso Gaja Dompak (Piso Solam Debata)” bergagang
ukiran Gajah Putih dan “Mandera Harajaon,” bersimbolkan gading Gajah Putih.
Apakah ini merupakan unsur pengaruh dari kepercayaan Hindu-Buddha terhadap
Batak, atau ada hubungan Batak dengan Kerajaan Aceh, atau Kerajaan
Thailand dan Burma di masa itu?
___CAP SIHOLE___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar